Travelling Stories and Medical Record

Home Top Ad

EnryMazniDotCom - Setelah bosan dengan citytrip saatnya mencoba naturetrip *hehe songong banget*, yang namanya traveling alias jalan jalan...

Gunung Prau Dieng : Indahnya Negeri Di Atas Awan

EnryMazniDotCom - Setelah bosan dengan citytrip saatnya mencoba naturetrip *hehe songong banget*, yang namanya traveling alias jalan jalan bagi saya tidak ada bosannya, mau darat, laut, udara pokoknya kemana aja lah yang penting bisa escape. Nah, kali ini tripnya sedikit beda sekali dengan sebelumnya. Kalau sebelumnya saya lebih banyak menghabiskan dengan citytour tapi saat ini tripnya melihat keindahan alam dari atas awan yaitu mendaki gunung. Dan mendaki gunung adalah trip yang sangat jarang saya lakukan, alasannya? Banyak sekali sehingga tidak bisa saya sebutkan satu persatu pokoknya saya mengucapkan terima kasih banyak untuk dukungannya, tanpa kalian saya tidak akan seperti ini *ehhh nerima piala citra buuuuk*. In whole my entire life *eh bener gak seh inggrisnya?* baru 3 kali mendaki gunung dan pertama kali mendaki gunung waktu itu saat masih kuliah di Padang sekitar tahun 2002 an *jaman Yunani kuno* dan gunung pertama yang saya daki adalah Marapi Bukittinggi Sumatera Barat. Dan gunung kedua adalah Ciremai Kuningan Jawa Barat Desember 2015.
Puncak Gunung Prau
Puncak Gunung Prau
Di pertengahan 2017 ini menjelang hari kemerdekaan negara ku yang ku cintai Indonesia, saya mencoba uji kekuatan lagi yaitu mendaki gunung Prau Dieng Wonosobo Jawa Tengah. Trip kali ini tentunya saya tidak sendiri *emang berani?*, tetapi masih bareng dengan my travelmate Firman dengan komunitas Backpacker Jakarta RT 6 yang di ikuti 30 orang peserta. ini merupakan share cost trip alias budget selama ngetrip di share bareng bareng. Biaya per orang untuk share cost ke gunung Prau adalah 292.000 an sudah all in kecuali pengeluaran pribadi, starting point from sekre backpacker jakarta di UKI menggunakan bus sewaan kapasitas 30 an lah.


Pendakian ke Prau kali ini dengan peserta yang begitu banyak tentunya sudah di persiapkan bareng bareng, seperti peralatan pendakian dan peralatan kemping nantinya. Dan yang pasti dari semua peserta tentunya ada beberapa orang yang sudah expert dengan dunia gunung (sebut saja salah satunya Firman), yang nantinya akan berbagi info tentang hal apa saja yang boleh dan tidak selama pendakian. Dan ingat ya, jadilah pendaki yang profesional / bukan pendaki alay yang suka nyampah selama mendaki. Mari kita jaga keindahan dan kebersihan alam sebelum alam menjadi murka terhadap kita, nah dengan saling menjaganya barulah kita bisa disebut sebagai pendaki profesional meskipun belum bisa dibilang sebagai pendaki expert. *ini himbauan bagi kita semua* *tetiba jadi so wise*.

Perjalan dari Jakarta ke Dieng memang memakan waktu yang lumayan lama, lebih kurang 12 jam an sudah termasuk 1 kali berhenti di rest area dan 1 kali sarapan pagi di Banjarnegara. Saya kurang tahu pasti apakah perjalanan normalnya memang selama itu? Hanya bapak sopir tercintahhhhhhhhhhh yang tahu. Perjalanan yang betul-betul melelahkan *betah amat selama itu dalam bus* ya mau gimana lagi tetap harus dijalanikan, selama perjalanan seperti biasa untuk menghilang jenuh perjalanan gagdet adalah sasaran empuk untuk menghibur diri disaat yang lain sudah terlelap tidur *ZzzZ*. So many things i can do with this phone, seperti main games, kepo kepo in sosial media dan kalau lagi kambuhnya ya baca Detik dot com. Paling senang kalau buka Detik itu adalah baca komen komen pembaca daripada baca beritanya, yahhh inilah Indonesia ku kalau soal mengkritik pinterrrr banget *Lah OOT ne*.

Intinya saya dengan rombongan sampai di desa Patak Banteng Dieng jam 12 an siang besoknya, desa patak banteng merupakan salah satu jalur pendakian ke gunung Prau. Sebelum memulai pendakian saya dan yang lainnya melakukan packing ulang barang bawaan alias di bagi bagi ke teman teman yang tas nya masih bisa memuat beberapa logistik tambahan yang tadi kami beli di pasar tradisional di sini. Nah, berdasarkan info dari teman teman yang sudah sudah, bahwa katanya kalau peserta pendakian lebih dari 10 orang diharuskan memakai jasa porter, untuk menghindarinya kepala regu pun membagi kami ke beberapa kelompok dan per kelompok isinya 5 sd 7 orang. Setiap kelompok mempunyai ketua kelompok untuk bertanggung jawab kepada anggotanya dan untuk memudahkan berkomunikasi setiap kelompok dibekali radio HT.
My Team Gn. Prau
My Team Gn. Prau
Setiap orang yang mau naik Prau, diwajibkan melapor ke base camp untuk pendaftaran nama masing masing dan membayar 10.000 rupiah per orang. Kemudian para pendaki pun dibekali selembar kertas yang berisi peta jalur pendakian Prau dan akan melewati beberapa pos pendakian, dan dihalaman belakang kertas tadi juga terdapat informasi tentang ketentuan denda atas pelanggaran yang dilakukan dikawasan gunung Prau. 

Nah setiap para pendaki harus tahu ya apa aja dendanya.
1. Masuk tanpa ijin dendanya harga tiket ditambah 1 bibit
2. Buang sampah sembarangan dendanya 2 bibit
3. Membuat api unggun dendany 2 bibit
4. Tidak membawa turun sampah 2 bibit
5. Menebang pohon 5 bibit
6. Membawa senjata tajam dendanya disita
7. Membawa kembang api dendany disita
8. Menyalakan kembang api dendanya 2 bibit
9. Membawa minuman keras dendanya 4 bibit
10. Pencurian dendanya UU Pidana
11. Membawa alat musik dendanya disita
12. Apabila ditemukan alat musik di puncak dendanya disita ditambah 1 bibit
13. Memetik bunga edelweis dendanya 2 bibit dan mengembalikannya
14. Berzinah dendanya diserahkan yang berwajib + 10 bibit
15. Mencoret pohon / batu dendanya 5 bibit
16. Kencing dalam botol dendanya 3 bibit

Ini keterangan lanjutannya : 1 bibit sama dengan Harga Bibit + Penanaman + Biaya Angkut = Rp 20.000, Senjata tajam yang dibawa lebih dari 15 cm yang aka disita. Keputusan ketentuan ini mencakup seluruh pos pengelolaan gunung Prau (Pos Patak banteng, Pos Dieng, Pos Kalilembu, Pos Dwarawati dan Pos Wates).

Sudah jelaskan aturan aturan yang berlaku di gunung Prau, dan menurut saya aturan ini pun lebih kurang sama dan berlaku untuk gunung gunung lainnya di Indonesia. Ok, satu persatu dari kamipun mulai melangkahkan kaki menuju puncak Prau, satu persatu pos pos dijalur pendakian saya lewati. Menjelang pos pertama, saya melewati perkebunan sayur penduduk setempat dan jalur pendakian pun sudah mulai menampakkan kegagahannya karena jalur yang saya lewati sampai ke puncak itu terus menanjak dengan tingkat kemiringan yang bikin napas ngos ngosan. Melewati pos satu, sedikit demi sedikit pemandangan pedesaan dibawah sana mulai mengiringi setiap langkah saya. Sesekali sayapun berhenti sejenak hanya sekedar untuk memotret keindahan lukisan yang maha kuasa ini sambil mengatur napas kembali yang sudah mulai terengah.
Sunset View Dari Gn. Prau
Sunset View Dari Gn. Prau
Sayapun melanjutkan pendakian kembali, hawa sejuk pegunungan sudah mulai terasa teramat dingin bila dibandingkan saat masih di bawah tadi, awan awan disore haripun sedikit demi sedikit bergerak mengikuti arah angin dan sesekali menutupi pemandangan rumah rumah penduduk desa dibawahnya. Melewati pos tiga dengan ketinggian yang sudah hampir puncak, matahari sore pun seolah menyapa untuk berhenti sejenak dan lihatlah aku dibalik awan yang sebentar lagi akan menghilang dan tandanya malam hari akan menjelang. 

Sungguh pemandangan sunset yang luar biasa cantiknya, berbeda dengan sunset di pinggir pantai karena melihat sunset dari atas ketinggian memberikan decak kagum yang ahhh susah untuk diungkapkan. Cahaya kemerahannya dibalik awan membuat saya tidak ingin kehilangan momen ini untuk memotretnya, ya saya berhenti kembali sambil mengatur pernapasan lagi dan segarnya menghirup udara pegunungan ini.

Haripun sudah mulai gelap, terdengar kumandang adzan magrib dari ketinggian tepat saya berdiri. Saya bersama beberapa teman lainnya harus segera mencapai puncak sebelum gelap, sebagian dari kami ada yang sudah sampai duluan dan mendirikan tenda. Pukul 18.30 an saya bersama rombongan terakhir pun menanjakkan kaki di puncak Prau, saya menuju ke lokasi tenda yang sudah didirikan teman teman yang duluan tadi di daerah perbukitan teletubies. Udara di puncak Prau pun mulai terasa sangat dingin, sangat sangat dingin luar biasa, sayapun harus segera buru buru mengganti pakaian supaya tidak kedingingan.
Firman With Sunset View Gn. Prau
Firman With Sunset View Gn. Prau
Menurut saya inilah pertama kalinya merasakan suhu yang paling dingin dibandingkan dengan 2 gunung sebelumnya yang pernah saya daki, menurut info saat ini suhu di daerah Dieng bisa mencapai minus 2 derjat. So, tidak heran kalau saya harus menggunakan baju yang berlapis lapis. Untuk mengurangi dinginnya udara malam saya memakai baju kaos, jaket 1, jaket 2, thermal socks, kupluk dan tidak memakai sarung tangan *so sad*. 

Jari jari tangan sudah seperti direndam dengan air es, kebas, kebas dan kebas. Sangat disarankan kalau ke sini untuk menggunakan jaket, kaos kaki, kupluk dan sarung tangan yang benar benar bisa menghangatkan tubuh kita.

Seperti layaknya perhelatan kemping lainnya *jiaah* semuanya berkumpul bersama sama sambil mempersiapkan makan malam, sebagian juga ada yang hanya sekedar ngobrol dan bercanda untuk mengisi waktu malam ini, sebenarnya saya pribadi sudah tidak tahan dengan suhu yang bisa dikatakan ekstrim ini, berbagai carapun saya lakukan hanya sekedar untuk menghangatkan badan tapi kenyataannya saya hanya bisa pasrah dengan kondisi suhu yang super duper dingin malam ini. 

Tak berapa lama jamuan makan bersama pun dimulai, disini kami tidak menggunakan piring masing masing tetapi untuk menambah keabrakan bersama maka makan malamnya pun memakai kertas pembugkus nasi dibentang panjang kemudian nasi dan lauk pun di letakka diatas ketras nasi tadi.

Selepas makan, dilanjutkan dengan ngumpul bersama dan saling memperkenalkan diri. Karena di dalam trip ini masih ada beberapa yang belum kenal semuanya seperti saya deh. Sebenarnya saya sudah tidak tahan dengan kondisi saat ini, meskipun saat acara sharing dan perkenalan saya sudah menggunakan sleeping bag. Yahhhh namanya juga melawan suhu dingin yang katanya mencapai minus dua, jadi wajar banget kalau saya ingin buru buru masuk tenda dan berharap didalam tenda bisa mengurangi suhu dingin ini.

Akhirnya, sesi sharing dan perkenalan pun selesai dan acara bebas, bagi yang mau tidur duluan silahkan dan bagi yang masih mau begadang sambil main kartu sebagai hiburan disepinya malam pegunungan juga tidak masalah. Dalam hal ini saya lebih memilih untuk buru buru masuk ke tenda dan segera tidur, sebelum masuk ke dalam sleeping bag saya menambahkan satu buat jaket lagi untuk dipakai. 

Berharap dengan 4 buah lapisan ini (baju kaos, jaket 1, jaket 2 dan sleeping bag) tidur di atas matras dan didalam tenda bisa membuat suhu tubuh saya setidaknya mendekati suhu normal. Tapi kenyataanya tidak, sepertinya tidak terlalu berpengaruh karena tetap saja saya menggigil kedinginan. Dan malam itu merupakan malam terburuk saya selama tidur di dalam tenda, tengah malam saya terbangun karena kedinginan ingin rasanya berteriak kencang karena sudah tidak tahan dengan dingin yang sudah sampai ke tulang.
Makan Siang Bersama, BPJ6
Makan Siang Bersama, BPJ6
Ya Allah saya gak kuat dengan suhu seperti ini, berharap malam cepat berganti dengan pagi hari. Butuh waktu lama juga untuk saya bisa tidur kembali, walaupun ditengah malam sunyi seperti itu saya ngomel ngomel sendiri seperti orang ngaco saking bingungnya dan kedinginan. Sampai lah diwaktu sunrise, sayapun dibangunkan sama Firman untuk melihat sunrise. 

Tapi saya langsung bilang TIDAK lebih baik saya disini saja daripada harus keluar disaat matahari baru akan menampakkan dirinya. Akhirnya saya dipaksa untuk sekedar menoleh keluar tenda melihat langsung remang remang cahaya matahari pagi ke arah gunung Sumbing dan Sindoro, masyallah sungguh indah sekali pagi ini dengan pemandangan yang disuguhkan oleh Nya.

Ingin rasanya saya menyaksikan lebih lama proses terbitnya matahari pagi ini, tapi apalah daya saya memilih untuk memasukkan kembali kepala saya kedalam tenda dan melanjutkan tidur. Karena saya sudah membayangkan betapa dinginya udara pagi ini jika berada diluar tenda. Dan saya memutuskan nanti saat matahari sudah full menampakkan diri baru keluar tenda untuk menikmati hangatnya matahari, haha kebalik ya orang ke gunung nikmati sunrise / sunset lah saya menikmati hangatnya cahaya matahari. *tepok jidat*.
Puncak Prau Dari Bukit Teletubbies
Puncak Prau Dari Bukit Teletubbies
Ok, tidak masalah yang penting tadi malam saya tidak sampai hipotermia dan pastinya akan menyusahkan teman teman lainya *fuhh kibas poni*. Saat keluar tenda, terlihat beberapa orang teman yang sedang sibuk mempersiapkan makan pagi, dan beberapa lainnya pergi hunting photo ciamik dengan latar belakang puncak gunung Sumbing dan gunung Sindoro. Saya pastinya tidak mau ketinggalan moment seperti ini, sambil mengajak Firman sebagai juru photo saya berjalan menuju ke spot yang ketjeh badai dengan pemandangan bentangan awan dan puncak gunung Sumbing dan Sindoro sebagai latar belakang photo.

Target pagi ini, kami sudah harus turun pukul 08.00 pagi tapi yang namanya harapan kadang tidak sesuai kenyataan ya hihi, alhasil pukul 10 pagi saya bersama rombongan lainnya baru mulai bergerak meninggalkan puncak Prau. Tapi perjalanan turun gunung tidaklah memakan waktu lama seperti saat mau muncak, lebih kurang 1,5 sd 2 jam an semuanya sudah berada di basecamp, pagi itu bukan hanya kami saja yang turun gunung tetapi hampir semua orang orang yang nge camp di puncak Prau berangsur meninggalkan keindahan puncak Prau.


Saat di basecamp, beberapa dari kami bersih bersih mandi. Disini ada beberapa fasilitas yang disediakan warga tempatan berupa kamar mandi, ada air hangatnya juga. Untuk mandi air hangat tarifnya 5000 rupiah dan kalau mandi air biasa 3000 rupiah saja. Di sekitar basecamp juga banyak warga warga buka usaha jualan makanan, souvenir dan lain lain, sebagai bukti kalau Dieng sudah menjadi salah satu lokasi tujuan wisata. Apalagi kalau lagi ada acara Dieng Culture Festival, itu orangnya gak ketulung deh ramainya dan sesak.

Setelah semuanya beres bersih bersih, saya dan yang lainnya pun kembali ke bus dan siap berangkat kembali ke Jakarta. Meskipun dalam perjalanan kembali sedikit ada kendala, yaitu ban belakang kanan bus yang membawa kami terjadi pecah ban di dalam Tol, untunglah saat pecah ban busnya tetap stabil dan bisa dikendalikan sama om sopirnya, sehingga bus bisa berhenti di bahu jalan untuk selanjutnya proses penggantian ban. Alhasil sampai Jakarta nya telat, lebih kurang pukul 04.30 an baru sampai di sekretariat Backpacker Jakarta daerah Cawang, dan disitulah satu per satu rombongan memisahkan diri untuk pulang ke rumah masing masing. WOW its amazing trip with amazing peoples.

‘Keep Travelling, Keep Writting’

1 komentar:

  1. Jos kang..salam kenal dari anak basecamp gunung Prau via patak banteng

    BalasHapus